SPAM Dungkek Tak Beroperasi, Dirut PDAM Sumenep Nanggung Biaya Listrik 6 Juta Setiap Bulan

Sumenep, www.panjinasional.net – Tidak beroperasinya Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Gili Iyang, yang berlokasi di Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa timur, nampaknya mulai berimbas terhadap keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Sumenep.

Menurut Supandi dengan diserahkannya SPAM yang sumbernya di Kecamatan Dungkek ke PDAM sebagai pengelola, maka setiap bulan PDAM nanggung biaya beban listrik Rp 6 juta setiap bulan.

“Biaya beban itu Rp 6 juta, saya dibebani itu tanpa biaya operasi, tanpa apa-apa, tidak ada penambahan sama sekali tetap Rp 6 juta,” sebut Direktur Utama PDAM Kabupaten Sumenep, Senin (24/08/2020) di Kantornya.

Lebih lanjut Supandi menyampaikan, waktu pihaknya hearing dengan Komisi II kebetulan salah satu anggotanya itu kakaknya Kepala desa (Kades) Banra’as, sangat menyayangkan dan merasa kasian kepada PDAM tidak tahu apa-apa PDAM dikenakan biaya Rp 6 juta setiap bulan.

Bacaan Lainnya

“Saya ngotot pada waktu itu, pada rapat koordinasi diruangnya Pak Sekda beberapa kali, saya mau operator saja, tapi tetap PDAM katanya yang mengelola tetap,” katanya.

Dikatakan Supandi, kalau operator pihaknya cuma melaksanakan tugas mengoperasikan, melaksanakan pemeliharaan, biayanya semuanya, baik biaya listrik , biaya operasional semuanya ditangung Pemda. “Tapi tidak mau,” Imbuhnya.

Supandi mengakui, memang sampai sekarang SPAM di Kecamatan Dungkek tidak beroperasi karena pipanya yang belum terkonik (tersambung,red).

“Seperti yang saya katakan tadi bahwa kita butuh pipa dua kilo setengah untuk menyambungkan dari pipa eksisten yang ada ke pengelola, baru kita operasi,” ujarnya.

Dikatakan oleh Supandi, PDAM mengalami kerugian karena itu sudah merupakan keputusan, kita terima. Tetapi, saya mengharapkan ada shering usaha baru disitu, untuk menutupi biaya ini setiap bulannya.

“Mungkin ada Perbup yang isinya mengatakan semua dunia usaha swasta diharuskan menjadi pelanggan PDAM itu yang saya harapkan cuma,” imbuh Supandi

Ternyata, Sambung dia, sampai sekarang hotel yang sudah menjadi pelanggan PDAM berhenti, yang memang pipanya ada di depannya itu tidak berlanganan.

“Maksud saya mau bekerjasama dengan perizinan dimana apabila akan membuka usaha disitu diselipkan suatu persyaratan mutlak airnya menjadi pelanggan PDAM,” pungkasnya.

Supandi menambahkan Hotel Bagraf yang pihaknya sudah rencanakan dan sudah ada biayanya tidak jadi pelanggan PDAM.

“Kapan PDAM akan maju kalau tidak dibantu seperti itu. Toh itu tidak merugikan pelanggan. Pelanggan menikmati air itu yang dibayar,” tukasnya.@qib)

Pos terkait