GRESIK, www.panjinasional.net – Danau Toba, Sungai Asahan dan PT Inalum berada di satu propinsi Sumatera Utara. Keberdaan tiga nama tersebut sangat erat dalam memberikan manfaat sangat besar bagi kehidupan manusia sejak puluhan tahun lalu. Juga, bagi perkembangan industri dan teknologi yang tidak lepas dari kebutuhan aluminium sebagai salah satu bahan baku.
Danau Toba merupakan salah satu danau terbesar di Asia dan terbesar di Indonesia. Ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer serta titik terdalam lebih dari 505 meter, menjadikan Danau Toba sebagai danau vulkanik terbesar di dunia.
Sungai Asahan panjangnya 147 kilometer membelah sisi timur Provinsi Sumatera Utara. Sungai ini mengalir dari mulut Danau Toba, melewati Porsea di Kabupaten Toba, dan berakhir di Teluk Nibung, Selat Malaka, Kabupaten Asahan dekat Kota Tanjungbalai.
Aliran Sungai Asahan yang melewati Paritohan disitulah dibangun bendungan untuk dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Namanya Sigura gura dan Tangga. Kedua PLTA tersebut menghasilkan 603 MW untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik smelter PT Inalum di Kuala Tanjung.
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) merupakan perusahaan produsen aluminium terbesar di Indonesia. Inalum didirikan pada tahun 1976 dan berada di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, dengan status awal sebagai Perusahaan Modal Asing ( PMA). Kepemilikan INALUM berada dalam dua entitas besar yaitu Pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Co.Ltd.
Lalu, pada tahun 2013, status Inalum berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang peleburan aluminium dan hilirisasi aluminium. Pada waktu itu, Inalum membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir.
Gilang Sukma, Humas PT Inalum, menjelaskan, “Pembangunan dua PLTA tersebut bersamaan dengan pembangunan pabrik smelter Inalum. PLTA dibangun dengan tujuan energi listrik yang dihasilkan digunakan sebagai energi utama dalam proses produksi aluminium PT Inalum di Kuala Tanjung.” Jelasnya. (18/10/2023)
Listrik dihasilkan dari putaran turbin tersebut, kemudian disalurkan melalui Saluran Utama Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) atau menara. Ada 271 menara Sutet yang mengalirkan listrik dengan kapasitas 603 Megawatt dari PLTA ke Smelter sejauh 120 kilometer melalui empat kabupaten.
PT Inalum sejak tahun 1976 telah hadir di indonesia sebagai perusahaan pengolahan aluminium. Ditunjang 1.813 karyawan berpengalaman serta keunggulan teknologi, PT Inalum kini menghasilkan logam berkualitas tinggi dan berstandart internasional untuk memenuhi pasar domestik dan global. PT Inalum menjadi big player di dunia industri aluminium.
Dengan kapasitas produksi 250.000 ton pertahun, PT Inalum menghaslkan tiga produk utama; aluminium ingot, aluminium billet dan aluminium alloy di mana kandungan aluminiumnya mencapai 99,90 %.
Saat ini PT Inalum mencukupi kebutuhan aluminium untuk kebutuhan mitra bisnis di berbagai perusahaan dan industri di Indonesia, Asia dan Eropa. Mulai dari industri alat-alat rumah tangga, industri otomotif, hingga bangunan dan kontruksi. Produk PT Inalum juga dimanfaatkan untuk tehnologi telekomunikasi dan baterai listrik sebagai sumber energi terbarukan yang ramah berkelanjutan. Tak pelak, PT Inalum sebagai perusahaan terbesar di Indonesia juga sangat berperan dalam perkembangan pembangunan peradaban.
Tingkatkan Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Selain fokus di industri global, PT Inalum juga berkomitmen terhadap inovasi, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial bersama seluruh pemangku kepentingan untuk membangun Indonesia yang maju sejahtera di masa depan. Salah satunya dengan penyaluran Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap warga khususnya di sekitar perusahaan.
Iqbal Sidabutar, Vice Presiden CSR PT Inalum, menjelaskan, “Ada tiga pilar yang menjadi sasaran program CSR PT Inalum terhadap masyarakat sekitar. Tiga pilar itu pilar sosial, pilar ekonomi dan pilar lingkungan.” Jelasnya.
- Pilar Ekonomi: PT Inalum membangun rumah BUMN. Rumah ini merupakan wadah bagi langkah kolaborasi BUMN dalam membentuk digital economy ecosystem melalui pembinaan bagi UKM untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas UKM itu sendiri.
Rumah BUMN Toba, Balige dan Samosir terdapat produk dari UMKM binaan PT Inalum. Ada sekitar 425 UMKM binaan yang produk-produk mereka disalurkan sebagai oleh–oleh dan souvenir ketika ada kunjungan pejabat atau tamu-tamu dari Jakarta dan lainnya. Ada tiga cluster UKM binaan yakni handycraft, kuliner dan kopi/cookies.
PT Inalum melakukan berbagai pelatihan dan ketrampilan pada UMKM binaan. Antara lain pelatihan pemasaran, pelatihan membuat produk olahan makanan, pembuatan eco enzym, pembuatan pakan ternak dengan memanfaatkan limbah sayur dan buah, pemanfaatan daur ulang limbah plastik dan pembuatan briket arang.
- Pilar Sosial: salah satunya di bidang pendidikan. PT Inalum memberikan beasiswa kepada siswa SMP dan SMA. Juga ada yang bekerjasama dengan salah satu isnstitusi untuk melakukan bimbingan belajar untuk anak SMP. Lalu, memberikan bantuan pemasangan jaringan internet, bantuan komputer, membantu sekolah-sekolah di sekitar perusahaan.
Yang menarik, PT Inalum membantu masyarakat mengembangkan budidaya ikan jurung. Ikan ini asli dan endemik daerah Toba dan saat ini mulai langka. Ikan jurung selalu dihidangkan ketika ada tamu-tamu raja. Saat ini, ribuan ekor ikan jurung sudah berhasil diternakkan. Selanjutnya, di tempat tersebut juga dikembangkan sebagai wisata kuliner dan perikanan.
PT Inalum juga mengembangkan desa wisata BUMN di Meat. Desa di tepi atau pinggiran danau tersebut menjadi bagian dari 10 desa wisata di Danau Toba yang dicanangkan Kementerian BUMN pada tahun 2022.
Desa Meat dipilih PT Inalum sebagai desa binaaan untuk dikembangkan. Tidak saja oleh Kementrian BUMN tetapi juga oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). PT Inalum bersinergi untuk meng-upgrade sejumlah homestay di Desa Meat. PT Inalum juga memberikan bantuan untuk wisata air, seperti kano, pembangunan dermaga, dan mensupport event 1000 tenda pada bulan Oktober setiap tahun.
Guntur Sianipar, Ketua Adat Ragi Hotang Meat, berharap bantuan BUMN ini bisa mempertahankan budaya adat para leluhurnya.
“Budaya yang ada di desa ini adalah membuat ulos. Namanya ulos ragi hotang. Setiap hari kita adakan proses pembuatan ulos, atau belajar bertenun, belajar mengukir dan belajar menari. Ya di sini masih kita pertahankan sebagai nilai budaya,” jelas Guntur. (17/10/2023)
Guntur lalu menceritakan bagaimana Meat menjadi desa wisata culture atau adat. Ia mengisahkan, pada tahun 2017 desa wisata adat Meat diresmikan langsung oleh Dirjen Kementrian Kebudayaan Imam Farid dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy waktu itu.
Menurut Guntur, pembuatan kerajinan ulos ini supaya orang-orang Batak khususnya anak-anak muda jangan sampai lupa pada budaya peninggalan orang-orang tua yang sejak dulu bersahabat dari alam. “Semua ulos ini bahan bakunya dari alam,” kata Guntur.
Ketua Adat Ragi Hotang ini lalu menunjukkan rumah adat dengan bentuk dan penuh ukiran yang khas yang usianya sudah ratusan tahun dan masih dipertahankan. Dia menjelaskan, Di rumah adat ini lah orang tua kami dulu membahas perencanaan, tentang masa tanam, membuat aturan-aturan atau acara-acara budaya.
“Namanya juga orang Batak. Mulai lahir sampai meninggal selalu ada budaya,” pungkasnya.
Bukan hanya rumah ada Meat. Petani cabe atau lombok di desa Lubuk Cuik Kecamatan Lima Puluh Pesisir Kabupaten Batubara pun tak lepas dari binaan PT Inalum. Lahan pertanian seluas 630 hektare dengan tanaman cabe selalu bisa panen raya. Daerah tersebut merupakan sentra penghasil cabe/lombok terbesar di Sumatra Utara.
Hamidah SPd.I., Pj Kepala Desa Lubuk Cuik, saat dikonfirmasi, menjelaskan masyarakat mulai menanam cabe sejak 10 tahun lalu.
“Awalnya mereka menanam padi. Lantas, ada beberapa petani mulai menanam cabe dan berhasil. Akhirnya, yang lain ikut beralih dari padi ke cabe. Saat ini semua penduduk di sini menjadi petani cabe,” kata Hamidah.
Hamidah juga mengaku petani di desanya banyak terbantu dari PT Inalum. Saat pupuk langka dan harganya sangat tinggi, PT Inalum memberikan bantuan pupuk dan pestisida untuk kebutuhan para petani cabe.
PT Inalum juga membangun saluran irigasi, membangun balai pertemuan untuk petani (Gapoktan), juga memberikan pelatihan pada warga untuk menciptakan produk turunan dari hasil cabe mereka. Di antranya bisa diproduksi sebagai abon cabe, cabe bubuk kering, dan minyak cabe. Produk turunan ini memberi niai tambah bagi petani atau UMKM di Desa Lubuk Cuik.
- Pilar Lingkungan: Selain untuk pelestarian alam, penanaman pohon juga membantu menciptakan produksi oksigen untuk bumi. PT Inalum membantu penanaman bibit pohon di Pulau Samosir. Ada sekitar 7000 bibit pohon. Salah satunya bibit pohon durian sehingga daerah tersebut terkenal dengan produk unggulan durian.
“Sebagai perusahaan yang concern dengan lingkungan dan pelestarian alam, PT Inalum tetap menjaga alam sekitar. Kami mendukung program pemerintah untuk tetap melestariakan alam dengan cara membantu pemberian bibit pohon produktif yang bermanfaat dan bernilai ekonomis bagi warga sekitar,” kata Iqbal saat makam malam bersama wartawan di kompleks perumahan karyawan PT Inalum di Paritohan. (16/10/2023).
Satu hal yang menjadi catatan saat awak media diajak ke lokasi UMKM Binaan PT Inalum, dilokasi di desa Meat, tidak tersedianya stok produk UMKM yang ready atau di display produk dengan alasan produk yang dijual sudah laku terjual. Begitu pula pada produksi yang lain, seperti briket arang, eco enzym dan daur ulang limbah plastik tidak terlihat display.
“ sayangnya tadi tidak ada produk yang di display di lokasi tersebut, begitu juga saat di cek di rumah BUMN terkait ketersedian stok yang ada, dan ternyata di situ juga katanya tidak ada alias habis” keluh salah satu awak media Televisi yang berasal dari Ibukota jakarta yang tidak mau disebut namanya. (shol)