GRESIK, www.panjinasional.net – Selain di kenal dengan sebutan kota Santri kabupaten Gresik juga dikenal sebagai kota industri, karena banyaknya pabrikan dan perusahaan besar BUMN ada di kabupaten Gresik Jawa Timur. Tercatat di Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Gresik 1811 perusahaan besar dan kecil, termasuk UMKM dengan jumlah penduduk lebih dari 1.2juta jiwa.
Sebagai Kota industri menjadikan kabupaten Gresik jadi kota tujuan para pencari kerja dari berbagai daerah di Jawa Timur maupun Jawa Tengah bahkan Jawa Barat. Tak ayal kedatangan para pendatang yang ada di Gresik mengakibatkan persaingan yang ketat dalam memperebutkan peluang kerja yang ada di perusahaan.
Mereka datang dengan memiliki keinginan dan tekat yang kuat dalam bekerja, ini menjadi problematika baru pemerintahan kabupaten Gresik agar putra daerah tetap menjadi prioritas di terima bekerja di perusahaan. Beberapa perusahaan yang masih memberlakukan upah pekerja dibawah ketetapan yang diberlakukan oleh pemerintah yakni Upah Minimun kabupaten (UMK) setempat. Menyebabkan mereka mau bekerja meskipun upah yang diberikan masih dibawah ketetapan dari pemerintah.
Yang terlihat pada akhirnya banyak perusahaan memperkerjakan pekerja atau buruh dari luar kota Gresik. Sehingga yang terjadi meningkatnya jumlah pencari kerja dan pengangguran setiap tahun di Gresik dari lulusan SMA, SMK atau sederajat.
Belum lagi jumlah pengangguran akibat PHK atau perusahaan yang terpaksa harus tutup akibat wabah pandemi covid 19 beberapa tahun lalu. Dampak yang ditimbulkan adalah bertambahnya jumlah pengangguran di Gresik yang tidak dapat dihindari.
Salah satu buruh pabrik di Gresik Sebut saja Didik yang terkena PHK, (pengurangan tenaga kerja) akibat pandemi. Dia pernah bekerja sebagai operator forklift di salah satu pabrik di daerah Manyar dan mengeluh begitu susahnya mencari pekerjaan pasca pandemi. Karena harus bersaing dengan pencari kerja yang baru lulus sekolah. Belum lagi pencari kerja yang dari luar daerah.
Untuk melindungi pekerja lokal atau pencari kerja yang asli ber KTP Gresik, Pemerintah Daerah Gresik, mewajibkan perusahaan merekrut 60 % jumlah karyawan merupakan asli putra Daerah dengan dibuktikan dengan KTP atau memuat informasi lowongan kerja di situs resmi GresikPedia. Yang didukung melalui Surat edaran Bupati nomer 560/1237/437.58/2021 diperkuat dengan Perda no 7 tahun 2022 tentang penyelenggaraan ketenagakerjaan.
Keberadaan PT Freeport Indonesia yang membangun pabrik Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrited Industrial Port Estate (JIIPE) Manyar Gresik menjadi angin surga tersendiri bagi para pencari kerja lokal, karena proyek tersebut diperkirakan menyerap tenaga kerja yang banyak, yang diperkirakan mencapai 40.000 orang untuk tahap pembangunan pabrik Smelter tersebut.
Freeport Indonesia untuk pembangunan pabrik smelter menyiapkan anggaran biaya sebesar US$ 3 Milliar atau Rp. 45 Trilliun yang pengerjaannya akhir bulan Juli mencapai penyelesaian 75,28% dan diperkirakan akan selesai pada pekerjaan kontruksi fisiknya di Desember 2023 dan akan dilaksanakan trial operasional pada Mei tahun 2024.
Lokasi pembangunan yang berada di kawasan JIIPE secara geografis masuk dalam wilayah kecamatan Manyar dan kecamatan Bungah. Beberapa desa yang masuk dalam kategori ring 1 wilayah kecamatan Manyar diantaranya desa Manyarrejo, Sidomukti, Sidorukun, Banyuwangi, dan Karangrejo. Sedangkan untuk wilayah kecamatan Bungah dalam area ring 1 adalah desa Kramat, Tanjung Widoro, Watu Agung dan Bedanten.
Proses rekrutmen pegawai dilakukan melalui website Gresikpedia yakni situs yang memuat informasi lowongan kerja khusus bagi warga putra daerahGresik. Untuk skala proiritas dalam seleksi pekerja akan memprioritaskan warga Ring 1 Kecamatan Manyar, Ring 2 di Kota dan Kabupaten Gresik, dilanjutkan dengan Ring 3 untuk Jawa Timur, dan Ring 4 untuk skala nasional.
Dua tahun lalu Presiden Jokowi melakukan peletakan batu pertama pembangunan smelter atau pabrik pemurnian dan pengolahan tambang mineral PT Freeport Indonesia di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur, tepatnya Selasa (12/10/2021).
Hal itu menandai dimulainya proyek pembangunan secara masif agar target selesai pembangunan bisa tepat waktu di awal tahun 2024. Maka dibutuhkanlah mobilisasi tenaga kerja untuk pembangunan pabrik Smelter tersebut.
Ribuan warga Gresik yang dulunya tidak memiliki pekerjaan akhirnya bisa tersenyum dan bekerja di proyek pabrik smelter milik PT Freeport Indonesia ini. Secara bertahap penambahan tenaga kerja yang dibutuhkan terus meningkat untuk menyelesaikan pabrik tersebut dan secara otomatis membuka lapangan pekerjaan lebih besar dan mengurangi angka pengangguran di kabupaten Gresik.
Warga Gresik yang selama ini belum terserap bekerja di perusahaan karena banyaknya pencari kerja dan persaingan antar pencari kerja dari luar daerah, dengan adanya proyek pembangunan pabrik Smelter milik PT Freeport Indonesia bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan sehingga bisa menafkahi dan mencukupi kebutuhan keluarga mereka.
Penyerapan tenaga kerja tidak saja dari putra daerah Gresik, namun berdampak pula pada penyerapan tenaga kerja dari luar daerah. Mulai operator hingga level supervisor dan manajerial proyek yang memang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus yang dibutuhkan untuk kepentingan proyek pabrik smelter.
Hingga akhir Agustus 2023 tercatat di Dinas tenaga kerja Gresik dan keterangan Katri Krisnati VP corporate communication PT. Freeport Indonesia, jumlah pekerja lokal yang terlibat dalam proyek pembangunan pabrik Smelter di Kawasan JIIPE tercatat berasal dari ring 1 (yang terdiri dari 9 desa) sebanyak 1600 orang, sementara yang berasal dari ring 2 (diluar 9 desa namun masih dalam wilayah kabupaten Gresik) sebanyak 3700 orang.
“Hingga akhir Agustus 2023 bisa kami laporkan bahwa putra Daerah dari ring 1 yang terlibat dalam proyek pembangunan pabrik Smelter sebanyak 1600 orang, sedangkan dari ring 2 sebanyak 3700 orang lebih” jelas Katri Krisnati VP Corporate Communiation PT Freeport Indonesia, Kamis (14/09/2023).
Terdapat 45 perusahaan kontraktor yang terlibat dalam pembangunan pabrik Smelter. Bisa dibayangkan dilokasi proyek tersebut terdapaat ribuan tenaga kerja yang bekerja menyelesaikan pabrik smelter milik PT Freeport Indonesia yang akan mengelola bahan baku dari tambang yang ada di Timika kemudian diolah sehingga menghasilkan tembaga.
Kehadiran tenaga kerja dari luar daerah secara tidak langsung maupun secara langsung berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat dimana para pekerja tersebut tinggal. Perusahaan atau kontraktor yang memobilisasi pekerja dari luar daerah harus menyiapkan tempat tinggal atau mess agar para pekerja bisa lebih terkoordinir dan terkontrol dengan baik.
Sehingga banyak rumah warga maupun ruko-ruko, gudang atau bangunan di sekitar Manyar, Banyutami, Betoyo, Sembayat, dan Bungah, Sukowati, Masangan yang masih kosong di sewa oleh para kontraktor untuk difungsikan sebagai mess pekerja yang dari luar daerah. Suatu berkah rejeki tersendiri bagi warga yang menyewakan tempat miliknya tersebut.
Diantaranya rumah milik Edi Mulyo, Mazruah dan Aji yang berada di desa Masangan, ada juga Gudang yang cukup besar yang berada di terpi jalan raya milik Hj. Nasuhah yang berada desa Sukowati. Rumah milik Tholip dan Hj Muhanik di Dusun Gunungsari desa Indrodelik dan masih banyak lagi rumah warga yang disewa untuk mess pekerja.
Para pekerja tersebut setiap hari diantar jemput dengan Bis dan Komuter dari mess menuju ke lokasi proyek pembangunan pabrik Smelter. Terlihat puluhan bahkan ratusan Bis disediakan untuk mengangkut penumpang tersebut mengantarkan para pekerja kembali lagi ke mess. Dan begitu rutinitas sehari-hari yang terjadi di lapangan.
Keberadaan para tenaga kerja membuat roda perekonomian masyarakat sekitar meningkat. Para pekerja yang berangkat pagi ini tentunya tidak memungkinkan untuk membuat sarapan sendiri. Jam 5.30 pagi mereka sudah harus berada di titik kumpul penjemputan Bis untuk diantar ke lokasi proyek.
Tentunya hal ini menjadi peluang usaha baru bagi warga masyarakat sekitar dengan menyediakan nasi bungkus untuk mereka sarapan di pagi hari dan makan malam di sore hari atau petang seusai mereka pulang dari bekerja.
Tak hanya pemilik rumah, ruko dan gudang yang dikontrak yang mendapatkan rejeki. Beberapa ibu rumah tangga yang kesehariannya tidak bekerja, mereka juga kebagian rejeki dengan menjadi tukang bersih-bersih mess dan menjadi buruh cuci pakaian para pekerja proyek. Seperti yang dilakukan ibu dua anak yang bernama Ifah.
Begitupun para warga yang mempunyai usaha warung kopi atau makanan, setidaknya para pekerja tersebut menjadi konsumen baru bagi para warga masyarakat yang memiliki usaha warkop seperti yang terlihat di warkop Demang milik Rosi yang berada di jalan poros desa. Termasuk Ubet warga desa Abar Abir Bungah, si abang tukang sayur keliling yang mangkal di sekitaran rumah yang disewa pekerja proyek.
Pembangunan smelter di Gresik ini benar-benar memberikan nilai tambah bagi indonesia, khususnya untuk masyarakat kabupaten Gresik. Perputaran uang yang ada sejak keberadaan proyek dan para pekerja proyek memberikan dampak yang positif secara umum bagi perekonomian masyarakat sekitar.
Freeport Indonesia tetap konsisten dengan komitmennya untuk turut membangun kompetensi sumber daya manusia lokal. Untuk itu PT Freeport Indonesia (PTFI) telah merekrut 203 karyawan asal Gresik, dari total karyawan operasional sebanyak 405 karyawan, yang dinilai memenuhi standar perusahaan setelah melalui berbagai tahap seleksi. Proses rekrutmen belum akan berhenti, PT. Freeport Indonesia juga membutuhkan dukungan talenta terbaik dan profesional dari putra-putri terbaik Indonesia dalam fase operasional yang akan dimulai pada Mei 2024.
Peluang pekerjaan akan semakin banyak jika nanti pabrik smelter telah beroperasi. Beberapa pabrik yang memproduksi turunan dari hasil olahan sisa tembaga, akan berdiri disitu. Secara tidak langsung pabrik –pabrik itu nantinya akan membutuhkan dan menyerap ribuan tenaga kerja.
Tentunya keberadaan PT Freeport Indonesia di kabupaten Gresik sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perekonimian masyarakat dan terbukanya peluang kerja untuk masyarakat Gresik. Beroperasionalnya pabrik smelter ini tentunya menjadi magnit investasi bagi perusahaan dan industri lainnya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrited Industrial Port Estate (JIIPE) Manyar Gresik Jawa Timur.(shol)
Ikuti lanjutan Berita Apdate: www.panjinasional.net di GoogleNews